Skip to main content

Pengaruh dinamika kelompok dan kelompok rujukan





DAFTAR ISI

Kata pengantar  .......................................................................................       i
Daftar isi  .................................................................................................      ii

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah ...................................................................         1
B.     Rumusan masalah .............................................................................       2
C.     Tujuan pembahasan masalah ............................................................       2

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kelompok......................................................................        3
B.     Pengertian Dinamika Kelompok......................................................       4
C.     Persoalan Yang Terjadi Dalam Dinamika Kelompok.....................        4
D.    Pendekatan Dinamika Kelompok....................................................        5
E.     Pengertian Kelompok Rujukan.......................................................        6
F.      Jenis-Jenis Kelompok Rujukan........................................................       7
G.    Acuan Yang Terkait Dengan Konsumen..........................................       8
H.    Kelompok Acuan Dalam Komunikasi Pemasaran………..............       10
I.       Untuk Mengetahui  Jenis Pengaruh Rujukan. ................................       11
J.       Untuk Mengetahui  Peranan Anggota Keluarga. ...........................       13
K.    Untuk Mengetahui  Siklus Keluarga..............................................        14

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................     19
B.     Saran ................................................................................................     19

                Daftar pustaka………………………………………………………....    20

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Upaya memperkenalkan produk suatu perusahaan kepada masyarakat sudah tentu dilakukan melalui pemasaran. Tujuan pemasaran suatu perusahaan, yaitu memenuhi dan melayani kebutuhan serta keinginan konsumen sasaran. Tetapi untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen tidaklah mudah. Para pelanggan mungkin saja menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka sedemikian rupa tetapi justru bertindak yang sebaliknya. Mereka mungkin tidak memahami motivasi mereka yang lebih mendalam. Sehingga para pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi, dan perilaku belanja pelanggan sasaran mereka.
            Pada masa yang lalu, para pemasar dapat memahami para konsumen melalui pengalaman penjualan sehari-hari mereka, tetapi pertumbuha perusahaan dan pasar telah menjauhkan banyak manajer pemasaran dari kontak langsung dengan para pelanggan. Faktor-faktor yang mempengaruhin perilaku pembeli antara lain faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang konsumen, seperti kelompok, keluarga, peran, dan status. Banyak kelompok yang mempengaruhi seseorang. Sehingga para pemasar pun perlu mempelajari dinamika kelpmpok yang terjadi pada konsumen untuk memasarkan produknya secara maksimal.













B.     Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kelompok
Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok?
3.      Apa saja persoalan yang terjadi dalam dinamika kelompok?
4.      Apa saja pendekatan dinamika kelompok?
5.      Apa yang dimaksud dengan kelompok rujukan?
6.      Apa saja jenis-jenis kelompok rujukan?
7.      Apa acuan yang terkait dengan konsumen?
8.      Apa saja kelompok acuan yang digunakan dalam komunikasi pemasaran?
9.      Apa saja jenis pengaruh rujukan?
10.  Apa saja peranan anggota keluarga?
11.  Apa saja siklus keluarga?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian kelompok.
2.      Untuk mengetahui  pengertian dinamika kelompok.
3.      Untuk mengetahui  persoalan yang terjadi dalam dinamika kelompok.
4.      Untuk mengetahui  pendekatan dinamika kelompok.
5.      Untuk mengetahui  pengertian kelompok rujukan.
6.      Untuk mengetahui  jenis-jenis kelompok rujukan.
7.      Untuk mengetahui  acuan yang terkait dengan konsumen
8.      Untuk mengetahui  kelompok acuan yang digunakan dalam komunikasi pemasaran.
9.      Untuk mengetahui  jenis pengaruh rujukan.
10.  Untuk mengetahui  peranan anggota keluarga.
11.  Untuk mengetahui  siklus keluarga.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kelompok
Agar memberi pengertian yang jelas tentang kelompok, berikut ini diawali dengan proses pertumbuhan kelompok itu sendiri. Individu sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang menurut A. Maslow  dikenal sebagai:
1.      Kebutuhan fisik
2.      Kebutuhan rasa aman
3.      Kebutuhan kasih sayang
4.      Kebutuhan prestasi dan prestise, serta
5.      Kebutuhan untuk melaksanakan sendiri.
Di lain pihak, individu memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, namun potensi yang ada pada individu yang bersangkutan terbatas sehingga individu harus meminta bantuan kepada individu lain yang sama-sama hidup satu kelompok. Dalam keadaan seperti itu, individu berusaha mengatasi kesulitan yang ada pada dirinya melalui prinsip escapism, artinya salah satu bentuk pelarian diri dengan mengorbankan pribadinya dan mempercayakan pada orang lain yang menurut pendapatnya memiliki sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Bentuk penyerahan diri seperti ini mengakibatkan timbulnya perasaan perlunya kemesraan di dalam kehidupan bersama. artinya, individu tidak dapat hidup tanpa kerja sama dengan individu lain.
Bentuk kelompok seperti keluarga, regu kerja, atau regu belajar merupakan contoh konkret dan kelompok-kelompok tersebut saat ini mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat yang semakin kompleks. Dengan keadaan seperti di atas, beberapa ahli mencoba memberi pengertian apa yang disebut kelompok. W.H,Y Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. H. Smith menguraikan: “kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.”




B.     Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi dan interdepedensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan anggota kelompak dengan kelompok secara keseluruhan
Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus berada dalam kelompok itu. Oleh karena itu, kelompok bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.dengan kata lain, antaranggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.

C.    Persoalan dalam Dinamika Kelompok
Ruth Benediet menjelaskan bahwa persoalan yang ada dalam dinamika kelompok dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Kohesi/persatuan dalam persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.
2.      Motif/dorongan persoalan motif ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok, dan sebagainya.
3.      Struktur persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota, pembagian tugas, dan sebagainya.
4.      Pimpinan persoalan pimpinan tidak kalah pentingnyapada kehidupan berkelompok, hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.
5.      Perkembangan kelompok persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dam sebagainya.


D.    Pendekatan-Pendekatan Dinamika Kelompok
Ada beberapa pandangan para ahli tentang pendekatan dinamika kelompok, antara lain:
1.      Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasar pada kosep adanya aksi, interaksi dan situasi yang ada dalam suatu kelompok.
2.      Selanjutnya Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdepedensi, dengan adanya sifat:
·         Adanya stratifikasi kedudukan warga
·         Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain.
·         Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar kelompok.
3.      Pendekatan oleh Stogdiil
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Selanjutnya Stofdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok yang terorganisir ialah suatu kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannnya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dengan kelompok.
4.      Pendekatan dari ahli psycho analysis oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional sangat memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Beliau mengungkapkan betapa kelompok akan dapat berentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antaranggota kelompok. Demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok sehingga kelompok tersebut semakin kukuh.  Sementara itu, Sigmund Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya cohesiveness/kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama dan berkembang. Beliau mengungkapkan pula kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan apabila tiap-tiap anggota kelompok  melaksanakan identifikasi bersama antara anggota satu dengan anggota yang lain.


5.      Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Pendekatan ini sebenarnya menggunakan konsepsi dari metode sosiometri, yang sangat cocok diterapkan dalam kelompok. Yennings mengemukakan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan dan efektif dari anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno dengan sosiometrinya berhasil membedakan psikhe group dan socio group.
·         psikhe group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpai, atau antipati antaranggota.
·         Socio group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari luar.
Dalam hubungannya dengan psikhe group dan socio group, Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan socio group disesuaikan dengan psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.

E.     Pengertian Kelompok Rujukan (Reference Group)
Seorang konsumen mungkin akan terlibat atau menjadi bagian dari satu atau lebih kelompok. Seorang konsumen yang bekerja sebagai manajer di salah satu perusahaan adalah anggota dari kelompok pegawai dari perusahaan tempat ia bekerja. Konsumen tersebut menjadi anggota masyarakat di komplek perumahan ia tinggal. Jika konsumen menjadi anggota sebuah klub kebugaran, maka ia menjadi bagian dari kelompok klub kebugaran tersebut. Jika ia aktif di partai politik, maka ia adalah bagian dari kelompok partai tersebut.
Sebuah kelompok (group) merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-masing kelompok di mana konsumen menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut.
Kelompok mempengaruhi proses pembelian dalam dua cara. Pertama, kelompok mempengaruhi pembelian yang dibuat oleh seorang konsumen. Kedua, anggota-anggota keompok seringkali membuat keputusan bersama-sama sebagai sebuh kelompok. Sebagai anggota kelompok dari pegawai sebuah perusahaan, konsumen tersebut akan memakai pakaian kerja sesuai dengan ketentuan dari kantornya. Sebagai anggota masyarakat, konsumen tersebut harus mengikuti semua aturan yang digariskan oleh rukun warga dimana ia tinggal. Konsumen akan sukarela membayar segala macam iuran demi tercapainya tujuan keamanan semua warga masyarakat. Sebagai anggota klub kebugaran, seorang konsumen mungkin bersama-sama dengan anggota lain memutuskan tempat liburan yang akan dikunjungi pada musim panas. Singkatnya, konsumen akan dipengaruhi oleh kelompok di mana ia menjadi anggotanya.
Kelompok acuan (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons afektif dan kognitif dan perilaku. Kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi. Seorang ayah adalah kelompok acuan bagi anak-anaknya, anak-anaknya tersebut akan meminta izin ayahnya jika mereka ingin membeli sesuatu.

F.     Jenis – Jenis Kelompok Rujukan
Menurut Sumarwan, jenis kelompok acuan dibedakan menjadi :
1.      Kelompok Formal dan Informal
Kelompok acuan sering dibedakan ke dalam formal dan informal. Kelompok formal adalah kelompok yang memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaan yang terdaftar secara resmi, misalnya Serikat Pekerja Indonesia, partai politik, universitas, perusahaan. Kelompok formal biasanya terdaftar secara hukum di pemerintah. Kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki strukur organisasi secara tertulis dan resmi, sifat keanggotaan tidak tercatat. Kelompok formal biasanya terbentuk karena hubungan sosial, misalnya kelompok bermain badminton, kelompok senam kebugaran, kelompok arisan, kelompok rukun tetangga. Anggota kelompok informal biasanya berjumlah sedikit dan berinteraksi secara dekat dan tatap muka secara intensif dan rutin.
Kelompok primer adalah kelompokk dengan keanggotaan yang terbatas, interaksi antaranggota secara langsung tatap muka, memiliki ikatan emosional antaranggota. Anggota kelompok memiliki kesamaan dalam nilai dan sikap serta perilaku. Contoh dari kelompok primer adalah keluarga, dan kelompok yang memiliki ikatan kekerabatan. Kelompok sekunder memiliki ikatan yang lebih longgar dari kelompok primer, antaranggota kelompok mungkin juga terjadi kontak tatap muka langsung, antaranggota kelompok memiliki pengaruh kecil terhadap anggota lainnya. Contoh kelompok sekunder bisa berbentuk kelompok formal seperti asosiasi profesi, himpunan alumni atau berbentuk kelompok informal seperti kelompok arisan, kelompok rukun warga, atau teman bermain tenis.
2.      Kelompok Aspirasi dan Disosiasi
Kelompok aspirasi adalah kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma, nilai maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan kelompok acuannya. Anggota dari kelompok aspirasi berusaha membuat asosiasi dengan orang lain yang dijadikan acuannya dengan cara bersikap dan berperilaku yang sama dengan orang tersebut. Anggota kelompok aspirasi tidak harus menjadi anggota dari kelompok acuannya, atauantaranggota kelompok aspirasi tidak harus terikat dan saling berkomunikasi. Anak-anak muda senang meniru cara berpakaian para selebriti dari Amerika. Mereka bahkan berusaha meniru perilakunya. Anak-anak muda ni disebut sebagai kelompok aspirasi, sedangkan selebriti Amerika sebagai kelompok acuannya. Kelompok disosiasi adalah seseorang atau kelompok yang berusaha untuk menghindari asosiasi dengan kelompok acuan. Contohnya para anggota Partai Keadilan selalu menunjukkan ketertiban dalam berdemonstrasi, yang sangat berbeda dengan perilaku demo dari kelompok lainnya. Partai keadilan berusaha membuat citra yang berbeda dari kelompok lain. Partai Keadilan bisa dianggap sebagai kelompok disosiasi.

G.    Beberapa Kelompok Acuan yang Terkait dengan Konsumen
1.   Kelompok Persahabatan (Friendship Groups)
Konsumen membutuhkan teman dan sahabat sesamanya. Memiliki teman atau sahabat merupakan naluri dari konsumen sebagai makhluk sosial. Teman dan sahabat bagi seorang konsumen akan memenuhi beberapa kebutuhan konsumen diantaranya kebutuhan akan kebersamaan, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk mendiskusikan berbagai masalah ketika konsumen merasa enggan untuk membicarakannya dengan orang tua atau saudara kandung. Konsumen yang memiliki teman adalah tanda bahwa ia telah membina hubungan sosial dengan dunia luar. Pendapat dan kesukaan teman seringkali mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan memilih produk dan merek. Kelompok persahabatan adalah kelompok informasi dan mungkin bisa berbentuk kelompok primer atau sekunder.
Para pemasar telah memahami bagaimana pentingnya pengaruh kelompok persahabatan (peer group atau friendship group) terhadap konsumen. Para penjual jasa asuransi sering menggunakan konsep persahabatan dalam menjual jasa tersebut. Para penjual menjelaskan berbagai manfaat dari jasa asuransi yang ditawarkan kepada konsumen, kemudian tidak lupa ia mengatakan bahwa Bapak A, Bapak B, Bapak C telah ikut kepada program kami. Penjual mengetahui benar bahwa nama-nama yang disebutkan adalah orang-orang yang telah dikenal atau teman dan konsumen tersebut. Para penjual mengharapkan bahwa teman-teman yang telah ikut program asuransi akan memperkuat argumentasi pentingnya asuransi dan mempengaruhi keputusan konsumen.
2.   Kelompok Belanja (Shopping Groups)
Kelompok belanja adalah dua atau lebih orang konsumen yang berbelanja bersama pada waktu yang sama. Kelompok belanja bisa merupakan kelompok persahabatan atau keluarga, namun bisa juga orang lain yang bertemu di toko untuk membeli produk bersama. Ketika konsumen datang ke toko mungkin sendiri, tetapi berjumpa orang lain di toko yang sama. Konsumen secara tidak sengaja akan bertanya kepada konsumen  ng baru dikenalnya mengenai produk atau jasa yang akan dibelinya. Jika beruntung, konsumen tersebut mungkin banyak memberikan informasi yang diketahuinya mengenai produk dan merek. Informasi tersebut sering memberkan input penting bagi seseorang dalam mengambil keputusan. Informasi tersebut akan mengurangi rasa khawatir akan risiko salah dalam membeli produk.
Seorang konsumen sering membawa teman atau saudara ketika berbelanja. Tujuan membawa teman bisa bermacam-macam. Pertama adalah tujuan sosial, yaitu untuk menikmati kebersmaan dengan saudara atau teman. Kedua adalah untuk mengurangi risiko salah dalam membeli produk. Konsumen akan membawa teman atau saudara yang telah mengetahui produk tersebut. Konsumen yang akan membeli komputer, akan membawa teman atau saudara yang memahami seluk beluk komputer. Teman dan saudara itulah yang akan memberikan saran dan pengaruh dalam pembelian produk.
3.   Kelompok Kerja (Work Groups)
Konsumen yang telah bekerja akan menghabiskan waktunya 35-40 jam di tempat kerja. Ia akan berinteraksi dengan teman-teman sekerjanya baik dalam tim kecil maupun teman kerja lainnya dari bagian lain. Interaksi yang sering dan intensif memungkinkan teman-teman sebagai kelompok kerja mempengaruhi perilaku konsumsi dan pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk dan jasa dan pemilihan merek. Kelompok kerja bisa berbentuk kelompok kerja formal, jika kelompok kerja tersebut bekerja sebagai satu tim yang dibentuk oleh perusahaan. Kelompok kerja bisa juga berbentuk informal, jika kelompok kerja tersebut terdiri atas orang-orang yang bekerja di perusahaan yang sama. Kelompok kerja informal akan saling bertemu saat makan siang, kegiatan sosial atau pulang bersama. Kedua kelompok kerja tersebut akan mempengaruhi konsumen dalam memilih merek dan produk yang akan dibelinya.
4.   Kelompok atau Masyarakat Maya (Virtual Groups or Communities)
Berbagai kelompok yang telah dibahas sebelumnya menggambarkan kelompok yang dibatasi oleh geografik dan waktu, yaitu kelompok yang bertemu dan berkomunikasi lisan pada tuang dan waktu yang telah ditentukan. Perkembangan teknologi komputer dan internet telah melahirkan suatu kelompok atau masyarakat baru yang disebut kelompok atau masyarakat maya, yang tidak dibatasi oleh batas kota, provinsi atau negara bahkan tidak dibatasi oleh waktu.
Melalui internet dan e-mail seorang konsumen yang masih belajar di sekolah dasar sekarang bisa mencari teman dari kota lain bahkan dari negara lain, ia bisa berhubungan dengan teman sebayanya dari berbagai belahan dunia tersebut, kapan saja ia mau. Seorang konsumen bisa membuk internet dan bergabung dengan masyarakat internet, ia memiliki akses yang luas untuk mencari masyarakat internet yang sesuai dengan kebutuhannya kemudian bergabung dengan masyarakat tersebut.

H.    Beberapa Kelompok Acuan yang Digunakan dalam Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran melalui iklan di berbagai media sering menggunakan orang-orang yang dianggap sebagai kelompok acuan. Para kelompok acuan tersebut adalah selebriti, pakar atau ahli, orang-orang biasa, para eksekutif perusahaan atau pegawai biasa dan karakter dagang (trade and spokes-character). Di antara kelompok acuan tersebut, para selebriti adalah yang paling sering dipakai perusahaan untuk mengiklankan berbagai produk dan jasa. Para selebriti bisa memiliki pengaruh yang kuat kepada konsumen dalam pembelian produk dan jasa serta pemilihan merek. Pengaruh tersebut bisa berbentuk adanya keinginan konsumen untuk mengasosiasikan dirinya dengan para selebriti. Asosiasi atau identifikasi bisa berdasarkan rasa kagum, keinginan untuk mengikuti jejak atau gaya hidup selebriti dan pengahargaan. Ketika konsumen menggunakan merek seperti yang diiklankan oleh selebriti, konsumen akan berkata “Jika ia memakai merek tersebut, berarti merek tersebut baik. Jika saya memekainya, maka saya akan seperti dia”.
1.      Selebriti
          Kelompok selebriti adalah para artis film, sinetron, penyanyi, musisi, pelawak dan semua orang-orang terkenal yang bergerak di bidang hiburan. Para selebriti bisa juga para pemain olahraga yang terkenal, tokoh politik, para pejabat pemerintah, para pakar pengamat ekonomi, sosial dan politik. Yang paling banyak digunakan sebagai bintang iklan adalah para artis film, sinetron dan pembawa acara berbagai acara televisi. Dalam mempromosikan suatu produk, selebriti bisa berfungsi untuk :
a.       Memberikan kesaksian (a testimonial)
b.      Memberikan dorongan dan penguatan (Endorsment)
c.       Bertindak sebagai aktor dalam iklan
d.      Bertindak sebagai jasa bicara perusahaan.
Selebriti akan memberikan manfaat kepada perusahaan karena selebriti memiliki popularitas, bakat, karisma dan kredibilitas. Dari keempat unsur tersebut, maka kredibilitas adalah yang paling penting bagi konsumen. Kredibilitas selebriti menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian dan pengetahuan selebriti mengenai produk yang diiklankan dan kepercayaan selebriti (kejujuran selebriti mengenai produk yang diiklankan). Konsumen adalah orang yang cerdas, mereka memahami bahwa selebriti hanya berfungsi sebafai aktor iklan yang dibayar mahal, sehingga kredibilitasnya diragukan. Kredibilitas selebriti semakin diragukan ketika seorang selebriti beriklan untuk banyak merek produk.
2.      Ahli atau pakar
Pemasar menggunakan para pakar atau ahli untuk mengiklankan produknya sehingga relevan. Misalnya produk pasta gigi sensodent dimana seorang dokter gigi memberikan informasi kepada konsumen akan produk pasta gigi tersebut.
3.      Orang biasa
Perusahaan menampilkan atau menggunakan konsumen yang puas terhadap produknya dalam iklan disebut sebagai penggunaan orang biasa. Misalnya, sabun sunlight menggunakan para penggunanya untuk memberikan keterangan bahwa produk yang ditawarkan memuaskan.
4.      Para eksekutif dan karyawan
Para eksekutif perusahaan adalah orang-orang yang dianggap sukses dalam bidangnya sehingga pemasar berusaha untuk memberikan kesan kepada konsumen bahwa para eksekutif figur sukses dan menarik mniat konsumen dalam melakukan pembelian. Misalnya produk  ”Tolak Angin” menampilkan eksekutif dari perusahaannya untuk menunjukkan bahwa produknya berkualitas dan terjamin bagi konsumen.

I.       Jenis Pengaruh Kelompok Rujukan
1.      Pengaruh Normatif
Pengaruh normatif adalah pengaruh dari kelompok acuan terhadap seseorang melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti. Pengaruh normatif akan semakin kuat terhadap seseorang untuk mengikuti kelompok acuan, jika ada tekanan kuat untuk mematuhi norm-norma yang ada, penerimaan sosial sebagai motivasi kuat serta produk dan jasa yang dibeli akan terlihat sebagai simbol dari norma sosial.
Seorang konsumen cenderung akan mengikuti apa yang dikatakan atau disarankan oleh kelompok acuan jika ada tekanan kuat untuk mengikuti norma-norma yang ada. Pengaruh semakin kuat jika ada sanksi sosial bagi konsumen yang tidak mengikuti sara dari kelompok acuan. Seorang bawahan ada kewajiban atau norma untuk meminta izin kepada atasannya, jika ia ingin melakukan sesuatu yang berkaitan degan pekerjaannya. Seorang anak akan minta persetujuan orang tuanya jika ia ingin memeli suatu produk yang berharga mahal. Jika si anak tidak melakukannya, orang tua mungkin akan memberikan sanksi sosial atau teguran bahkan hukuman kepada si anak.
Seorang konsumen mungkin memiliki motivasi kuat untuk mengikuti perilaku kelompok acuannya, karena adanya keinginan untuk diterima oleh kelompok acuan tersebut. Seorang anak berusaha belajar bagaimana bermain gitar, karena adanya keinginan untuk bisa bergabung dengan teman-temannya yang pandai bermain gitar. Si anak berusaha bisa melakukan apa yang dilakukan kelompok acuannya agar bisa diterima oleh kelompok acuannya.
Motivasi untuk mematuhi norma seringkali tidak cukup kuat untuk mempengaruhi perilaku seseorang kecuali jika produk dan jasa yang akan dibeli menggambarkan publicly conspicuous (produk yang terlihat pemakaiannya oleh orang lain, misalnya mobil, rumah, pakaian) dalam pembelian dan penggunaannya. Jika produk dan jasa yang dibeli akan terlihat oleh publik atau orang lain dalam pemakaiannya, maka konsumen akan berusaha mematuhi norma-norma yang diarahkan oleh kelompok acuan tersebut. Karena produk dan jasa yang dibeli akan menggambarkan citra diri konsumen tersebut.
2.      Pengaruh Ekspresi Nilai
Kelompok acuan akan mempengaruhi seseorang melalui fungsinya sebagai pembawa eksprsesi nilai. Seorang konsumen akan membeli kendaraan mewah dengan tujuan agar orang lain bisa memandangnya sebagai orang yang sukses atau kendaraan tersebut dapat meningkatkan citra dirinya. Konsumen tersebut merasa bahwa orang-orang yang memiliki kendaraan mewah akan dihargai dan dikagumi oleh orang lain. Konsumen memiliki pandangan bahwa orang lain menilai kesuksesan seseorang dicirikan oleh pemilikan kendaraan mewah, karena itu ia berusaha memiliki kendaraan tersebut agar bisa dipandang sebagai seseorang yang telah sukses.
3.      Pengaruh Informasi
Kelompok acuan akan mempengaruhi pilihan produk atau merek dari seorang konsumen karena kelompok acuan tersebut sangat dipercaya sarannya karena ia memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih baik. Seorang dokter adalah kelompok acuan bagi para pasiennya. Pasien menganggap bahwa dokter memiliki pengetahuan dan inforamasi yang dipercaya, selain itu secara sosial dan peraturan dokter adalh profesi yang memiliki otoritas dalam membuat resep obat.

J.      Peranan Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Pembelian
Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam kepeutusan pembelian dan konsumsi suatu produk.masing-masing anggota keluarga memiliki peran dalam pengambilan keputusan.seorang anggota keluarga mungkin memiliki lebih dari satu peran.berikut diuraikan beberapa peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut :
1.      Inisiator (initiator), seorang anggota keluarga yang memiliki idea tau gagasan untuk membe mereka tidak li atau mengkonsumsi suatu produk, ia akan memberikan informasi kepada anggota keluarga lain untuk dipertimbangkan dan untuk memudahkan mengambil keputusan.
2.      Pemberi pengaruh (influencer), seorang anggota keluarga yang selalu diminta pendapatnya mengenai suatu produk atau merek yang akan dibeli dan dikonsumsi,ia diminta pendapatnya mengenai criteria dan atribut produk yang sebaiknya dibeli.
3.      Penyaring informasi (gatekeeper), seorang anggota keluarga yang menyaring semua informasi yang masuk ke dalam keluarga tersebut,seorang ibu mungkin tidak akan menceritakan mainan mainan baru yang ada ditoko kepada anak- anaknya,agar mereka tidak akan menjadi konsumtif,seorang ayah mungkin tidak akan menceritakan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya kepada semua anggota keluarganya,agar mereka tidak menjadi tertekan.
4.      Pengambil keputusan (decider), seorang anggota keluarga yang memiliki wewenang untuk memutuskan apakah membeli suatu produk atau suatu merek.ibu biasanya memiliki wewenang untuk memutuskan mengenai makanan apa yang baik bagi keluarga,dan menu apa yang disajikan sehari – hari.seorang ibu mungkin akan meminta ijin kepada bapak untuk member barang-barang yang berharga mahal,atau keduanya mengambil keputusan bersama.
5.      Pembeli (buyer),seorang anggota keluarga yang membeli suatu produk,atau yang diberi tugas untuk melakukan pembelian produk.ibu mungkin akan menyuruh anaknya untuk membeli beras yang sudah habis,atau menyuruh pembantu rumah tangganya untuk berbelanja setiap hari.
6.      Pengguna (user), seorang anggota keluarga yang menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa.sebuah produk mungkin akan dikonsumi oleh semua anggota keluarga,misalnya nasi.akan tetapi,beberapa produk mungkin hanya dikonsumsi oleh anggota keluarganya yang berusia muda saja ,misalnya susu bayi atau diaper.
Para pemasar perlu memahami bagaimana peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan suatu produk,produk-produk mainan dipakai oleh anak-anak,dan mereka mempengaruhi orang tuanya. Namun,pembeli dan pengambil keputusan pembelian produk mainan tersebut adalah ayah,ibu,atau keduanya.memahami siapa yang berperan dalam pengambilan keputusan suatu produk sangat bermanfaat dalam menyusun strategi pemasaran untuk menentukan target pasar dari produk tersebut.para produsen minyak goreng selalu menampilkan ibu dalam iklan-iklan produknya.karena ibu dianggap sebagai anggota keluarga yang mengambil keputusan mengenai jenis dan merek minyak goreng yang akan dipakainya. Dapat kita lihat iklan kartu kredit BNI yang membawa pesan keluarga,bahwa kartu kreditnya merupakan pilihan keluarga, yang secara implisit menyatakan bahwa kartu kredit BNI diposisikan sebagai kartu kredit keluarga. 

K.    Siklus Kehidupan Keluarga

Keluarga mempengaruhi proses pembelajaran, sikap, persepsi dan perilaku orang – orang yang ada di dalamnya. Oleh kareana itu, konsumen secara langsung atau tidak langsung sangat dipengaruhi oleh keluaraga. Keluarga ditinjau dari persepektif lingkungan pengambilan keputusan, merupakan unit kecil pusat  pengambilan keputusan konsumen. Misalkan pemilihan tempat berlibur  dipengaruhi oleh anak – anak. Jadi keluaraga merupakan “kelompok” yang mempunyai pola pengambilan keputusan komplek karena melibatkan anggota keluarga, karena pengambilan keputusan sangat kompleks pola pengambilan keputusan yang terjadi antara keluaraga tentunya tidak sama. Keluarga muda yang baru menikah  kurang dari enam bulan tentu akan berbeda dengan keluaraga yang memiliki anak yang duduk dibangku kuliah.
1.      Siklus Kehidupan Keluarga Tradisional
Saat ini pendefinisian keluarga secara tradisional mendapat tantangan. Maraknya orang tua tunggal, perceraian, perpisahan dan pernikahan kembali membuat struktur tradisional mengalami perkembangan. Namun penelitian memperlihatkan bahwa siklus hidup sebuah keluarga yang paling menguntungkan adalah model keluarga tradisional, dan model yang lain dianggap sebagai deviasi dari norma ini (Carter & McGoldrick, 1999). Tahap-tahap dari siklus hidup sebuah keluarga tradisional adalah sebagai berikut:

Tahapan
Tugas
Pengalaman dari keluarga asal
Membangun hubungan dengan orang tua, saudara dan
teman-teman
Menyelesaikan sekolah
Meninggalkan rumah
Membedakan diri dengan keluaga asal dan mengembangkan hubungan sesama
dewasa dengan orang tua
Membantung hubungan pertemanan yang intim
Memulai karir/pekerjaan
Tahap pra pernikahan
Memilih pasangan
Mengembangkan hubungan
Memutuskan untuk menikah
Tahap pasangat tanpa anak
Mengembangkan cara hidup bersama yang didasarkan atas realitas dan
bukannya proyeksi bersama
Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dan teman-teman, dan melibatkan pasangan
Keluarga dengan anak kecil
Mengatur kembali sistem pernikahan dengan memberi tempat
pada keberadaan anak
Memulai peran sebagai orang tua
Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dengan melibatkan peran saudara dan kakek/nenek
Keluarga dengan anak remaja
Mengatur kembali hubungan orang tua-anak untuk memberikan tempat pada kebebasan yang lebih besar
Mengatur kembali hubungan pernikahan dan memusatkan pada masalah tengah baya dan karir
Melepas anak
Membereskan masalah paruh baya
Mengatur ulang hubungan orang tua anak secara lebih dewasa
Mengatur kembali hubungan dengan pasangan
Mengatur kembali hubungan dengan besan, menantu, cucu dll.
Berurusan dengan kelemahan dan kematian, terutama pada keluarga asal
Kehidupan usia lanjut
Mengatasi penuaan fisik
Menangani peran anak yang lebih besar dalam mengatur keluarga besar
Menangani kehilangan karena kematian pasangan dan teman-teman
Mempersiapkan kematian, kilas balik kehidupan dan integrasi

2.      Struktur Keluarga dan Rumah Tangga yang Berubah
Secara umum saat ini di era globalisasi dan modernisasi kondisi keluarga atau struktur keluarga yang berhubungan denga peran mulai berubah karena masyarakat saat ini makin kompleks. Hal ini  dipengaruhi oleh beberapa sebab ,antara lain :
a.       Pergeseran dari extended family menjadi nuclear family karena anggotanya semakin menurun.
b.      Single parent meningkat karena adanya perceraian
c.       Orang tau tanpa menikah meningkat karena kumpul kebo.
d.      Rumah tangga yang sendiri atau mandiri meningkat.
e.       Adanya pekerjaan perempuan di luar keluarga sehingga pembagian kerja dalam rumah tangga berubah
f.       Status perceraian relatif biasa.
Salah satu cara berfikir mengenai alasan mengapa terjadi perubahan sosial dan transformasi sosial adalah menyatakan bahwa suatu masyarakat dan masing-masing bagiannya mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik mereka, atau lebih tepatnya menyesuaikan dengan perubahan yang relevan di dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berubah sejalan dengan perubahan jaman. Perubahan yang diinginkan biasanya diharapkan bermuara pada kesejahteraan dan kebahagiaan, namun kenyataannya sering menjadi lain. Sayangnya, kenyataan itu sering diingkari sehingga masalah yang muncul menjadi tambah besar dari yang seharusnya. Sejahtera dan bahagia tidak hanya sebagai tujuan keluarga, tetapi lebih luas dari itu, yaitu tujuan hidup. Untuk mencapainya banyak upaya yang dilakukan. Di antaranya adalah dengan meningkatkan level pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Mencapai pendidikan yang tinggi dan masuk dalam pasar kerja berarti mengubah siklus hidup dari orientasi yang tradisional ke modern. Ini belum cukup, sebab berpendidikan dan bekerja berarti pula menunda usia kawin, terutama bagi perempuan.
Keadaan ini sangat berperan dalam penurunan fertilitas yang bagi sebagian besar negara berkembang menjadi sasaran penting. Artinya, ukuran keluarga menjadi lebih kecil. Ternyata perubahan ukuran ini membawa perubahan ke berbagai aspek kehidupan keluarga antara lain, dengan rata-rata jumlah keluarga yang mengecil mengakibatkan bentukkeluarga luas (extended family) bergeser ke bentuk keluarga inti (nuclear family). Perlu dicatat bahwa jumlah anak dalam keluarga yang mengecil sejalan dengan penurunan fertilitas bukan satu-satunya penyebab di sini. Namun implikasi dari keluarga kecil terhadap kehidupan sosial dan ekonomi cukup besar. Dengan jumlah yang sedikit dan meningkatnya kemampuan ekonomi menyebabkan bantuan, dukungan ekonomi dan sosial seperti mengasuh anak, dari anggota keluarga luas berkurang. Pada masa transisi seperti ini tampaknya keuntungan ekonomis lebih berpihak pada generasi muda dibanding generasi tua, serta perempuan dibanding laki-laki.
Dengan jumlah anak sedikit rata-rata anggota keluarga yang muda mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih baik. Sementara itu, kelompok usia lanjut mulai kurang diabaikan oleh generasi yang lebih muda. Pergeseran bentuk keluarga ini jelas berdampak psikologis bagi anggota-anggotanya. Tidak selamanya dampak tersebut negatif, seperti kurang hangatnya hubungan antar anggota keluarga, tetapi juga positif seperti otonomi individu.Dalam usaha untuk mengkaji masalah keluarga pada masa kini, maka suatu hal yang sangat relevan untuk dipikirkan adalah masalah industrialisasi dan keluarga. Dimana terjadi suatu perubahan struktur dari masyarakat yang agraris menjadi industrialis. Goode mengemukakan pada masa kini bersamaan dengan proses industrialisasi dapat diamati suatu perubahan ke arah bentuk yang disebut keluarga konjugal. Secara singkat, keluarga konjugal menurut Goode adalah keluarga dimana keluarga batih menjadi semakin mandiri melakukan peran-perannya lebih terlepas dari kerabat-kerabat luas pihak suami istri.
Secara ekonomi keluarga konjugal itu berdiri sendiri, tempat tinggal juga secara sendiri, tidak bersatu dengan kerabat luas. Seacar psikologis, satuan yang kecil ini menjadi semakin berdikari. Ini berarti juga bahwa hubungan emosional di antara suami istri lebih sentral dalam kehidupan keluarga yang memang menyebabkan hubungan mereka menjadi akarab. Akan tetapi kemungkinan keluarga pecah juga lebih besar karena yang mengikatnya adalah terutama suami istri itu saja. Sedangkan dalam keluarga tradisional masih ada anggota keluarga luas yang mengikat keluarga kecil.Sistem ekonomi yang bertopang pada industri, sistem keluarga juga telah berubah dari yang tradisional menjadi modern. Keluarga modern diamsusikan memiliki ciri-ciri tipe keluarga konjugal. Seperti yang telah disebutkan diatas, keluarga konjugal suami istri terlibat dalam hubungan yang setaraf, mempunayi hubungan personal yang akrab, antara anak dan orang tua terdapat hubungan yang tidak otoriter atau berciri demokratis, para remaja kawin dalam umur yang tidak terlalu muda. Perubahan yang berlangsung terhadap keluarga hanya dapat dipahami sepenuhnya bila kita berangkat dari pengetahuan baseline mengenai keluarga dan hal itu harus dilandaskan pada pengenalan sejarah dari keluarga sebagai pranata sosial.

3.      Peranan Wanita yang Berubah
Wanita sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk ;
a.       Budaya psikologis budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.
b.      Budaya social budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.

4.      Peranan Pria yang Berubah (Changing Masculine Role )
Pria sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk ;
a.       Budaya psikologis budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.
b.      Budaya social budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.













BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
H. Smith menguraikan: “kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.”
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi dan interdepedensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan anggota kelompak dengan kelompok secara keseluruhan
Kelompok acuan (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons afektif dan kognitif dan perilaku. Kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhin perilaku pembeli antara lain faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang konsumen, seperti kelompok, keluarga, peran, dan status. Banyak kelompok yang mempengaruhi seseorang. Sehingga para pemasar pun perlu mempelajari dinamika kelpmpok yang terjadi pada konsumen untuk memasarkan produknya secara maksimal.

B.     Saran
1.      Untuk para mahasiswa makalah ini dapat dijadikan sebagai  referensi mengenai dinamika kelompok dan kelompok rujukan kedepannya.







DAFTAR PUSTAKA


Santosa, Slamet. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Thoha, Miftah. 1998.  Perilaku Organisai. Jakarta : Rajagrafindo Persada)
Setiadi, Nugroho J. 2013. Perilaku Konsumen : Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan dan Keinginan Konsumen. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Peter  dan Olson, 1996. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran.  D. Sihombing (penerjemah). Consumen Behavior. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Sumarwan, U.  2004. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia. Jakarta.
http://denny-inned.blog.fisip.uns.ac.id di akses pada 24 April 2017







Comments

Popular posts from this blog

makalah kemampuan mata kuliah perilaku keorganisasian

DAFTAR ISI Kata pengantar .........................................................................................................  i Daftar isi ..................................................................................................................  ii BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang ..................................................................................................  1 B.      Rumusan Masalah ..............................................................................................  1 C.      Tujuan ................................................................................................................  1 BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Kemampuan .....................................................................................  2 B.      Kemampuan Intelektual ................................

Analisis situasi dan Strategi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Strategi merupakan komponen penting dalam pengelolaan perusahaan karena melalui strategi manajemen inilah sebuah perusahaan merencanakan taktik yang akan dipilih untuk dilaksanakan dan diterapkan sehingga perusahaan dapat unggul dalam dunia bisnis. Analisis situasi merupakan tahap awal perencanaan program perusahaan untuk mendefinisikan masalah sesuai realita. Analisis situasi sangat menentukan keberhasilan program, apabila masalah yang ditemukan benar didefinisikan sesuai realita maka tidak susah untuk melakukan perencanaan dan implementasi program nantinya. Pentingnya ketepatan dan kedalaman sebuah analisis situasi adalah untuk menentukan tahap perencanaan selanjutnya. Ketika analisis situasi sudah tidak tepat, maka perencanaan juga akan tidak sesuai karena masalah yang diambil tidak situasi sesungguhnya di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pemahaman mengenai analisis situasi guna menentukan prioritas masal...